Barokah Shalat Khusyu


oleh: K.H. Abdullah Gymnastiar  

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman yaitu orang-orang yang khusyu dalam sholatnya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna. (Al-Quran: Surat Al-Mu`minun )
Rosulullah SAW bersabda : Ilmu yang pertama kali di angkat dari muka bumi ialah kekhusyuan. (HR. At-Tabrani )
Nabi Muhammad SAW dalam sholatnya benar-benar dijadikan keindahan dan terjadi komunikasi yang penuh kerinduan dan keakraban dengan Allah. Ruku, sujudnya panjang, terutama ketika sholat sendiri dimalam hari, terkadang sampai kakinya bengkak tapi bukannya berlebihan, karena ingin memberikan yang terbaik sebagai rasa syukur terhadap Tuhannya. Sholatnya tepat pada waktunya dan yang paling penting, sholatnya itu teraflikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Ciri-ciri orang-orang yang sholatnya khusyu:
  1. Sangat menjaga waktunya, dia terpelihara dari perbuatan dan perkataan sia-sia apa lagi maksiat. Jadi orang-orang yang menyia-nyiakan waktu suka berbuat maksiat berarti sholatnya belum berkualitas atau belum khusyu.
  2. Niatnya ikhlas, jarang kecewa terhadap pujian atau penghargaan, dipuji atau tidak dipuji, dicaci atau tidak dicaci sama saja.
  3. Cinta kebersihan karena sebelum sholat, orang harus wudhu terlebih dahulu untuk mensucikan diri dari kotoran atau hadast.
  4. Tertib dan disiplin, karena sholat sudah diatur waktunya.
  5. Selalu tenag dan tuma`ninah, tuma`ninah merupakan kombinasi antara tenang dan konsentrasi.
  6. Tawadhu dan rendah hati, tawadhu merupakan akhlaknya Rosulullah.
  7. Tercegah dari perbuatan keji dan munkar, orang lain aman dari keburukan dan kejelekannya.
Orang yang sholatnya khusyu dan suka beramal baik tapi masih suka melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah, mudah-mudahan orang tersebut tidak hanya ritualnya saja yang dikerjakan tetapi ilmunya bertambah sehingga membangkitkan kesadaran dalam dirinya.

Jika kita merasa sholat kita sudah khusyu dan kita ingin menjaga dari keriaan yaitu dengan menambah pemahaman dan mengerti bacaan yang ada didalam sholat dan dalam beribadah jangan terhalang karena takut ria.
Inti dalam sholat yang khusyu yaitu akhlak menjadi baik, sebagaimana Rosulullah menerima perintah sholat dari Allah, agar menjadikan akhlak yang baik. Itulah ciri ibadah yang disukai Allah.
Semoga dibulan ramadhan ini kita meningkatkan kualitas sholat kita. 

KEMULIAAN SHOLAT (5) LIMA WAKTU

Rasulullah Saw. bersabda,
”Barangsiapa menjaga shalat, niscaya dimuliakan oleh Allah dengan 5 kemuliaan :
1. Allah menghilangkan kesempitan hidupnya
2. Allah hilangkan siksa kubur darinya
3. Allah akan memberikan buku catatan amalnya dengan tangan kanannya
4. Dia akan melewati jembatan bagaikan kilat
5. Akan masuk syurga tanpa hisab

Dan barangsiapa yang menyepelekan shalat, niscaya Allah akan mengazabnya dengan lima belas siksaan.
Enam siksa di dunia,
Tiga siksaan ketika mati,
Tiga siksaan ketika masuk liang kubur dan
Tiga siksaan ketika bertemu dengan Tuhannya (akhirat).

Adapun siksa di dunia adalah :
Dicabut keberkahan umurnya
Dihapus tanda orang saleh dari wajahnya
Setiap amal yang dikerjakan, tidak diberi pahala oleh Allah
Tidak diterima do'anya
Tidak termasuk bagian dari do'anya orang-orang saleh
Keluar ruhnya (mati) tanpa membawa iman

Adapun siksa ketika akan mati :
Mati dalam keadaan hina
Mati dalam keadaan lapar
Mati dalam keadaan haus, yang seandainya diberikan semua air laut tidak akan menghilangkan rasa hausnya

Adapun siksa kubur :
 Allah menyempitkan liang kuburnya sehingga bersilang tulang rusuknya
Tubuhnya dipanggang di atas bara api siang dan malam
 Dalam kuburnya terdapat ular yang bernama  Suja'ul Aqro'  yang akan menerkamnya karena menyia-nyiakan shalat. Ular itu akan menyiksanya, yang lamanya sesuai dengan waktu shalat

Siksa yang menimpanya ketika bertemu Tuhan
Ketika langit terbuka, malaikat datang kepadanya dengan membawa rantai. Panjang rantai tsb. tujuh hasta. Rantai itu digantungkan ke lehernya, kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya dan keluar dari duburnya. Lalu malaikat mengumumkan :
'Ini adalah balasan orang yang menyepelekan perintah Allah'.
Allah tidak memandang kepadanya dengan pandangan kasih sayangNya
Allah tidak mensucikannya dan baginya siksa pedih.

Menjadi hitam pada hari kimat wajah orang yang meninggalkan shalat, dan sesungguhnya dalam neraka Jahannam terdapat jurang yang disebut "Lam-lam".

Di dalamnya terdapat banyak ular,
setiap ular itu sebesar leher unta,
panjangnya sepanjang perjalanan sebulan.

Ular itu menyengat sampai mendidih bisanya dalam tubuh orang itu selam tujuh puluh tahun kemudian membusuk dagingnya.

Indahnya Hidup Bersahaja


Saudara-saudaraku SekalianKita tak perlu bercita-cita membangun kota lbh baik kita bercita-cita tiap orang bisa membangun diri sendiri. Paling minimal punya daya tahan pribadi terlebih dahulu. Karena sebelum ia memperbaiki keluarga dan lingkunganminimal dia mengetahui kekurangan dirinya. Jangan sampai kita tak mengetahui kekurangan sendiri. Jangan sampai kita bersembunyi dibalik jas dasi dan merk. Jangan sampai kita tak mempunyai diri kita sendiri. Jadi target awal dari pertemuan kita adl membuat kita berani jujur kepada diri sendiri. Mengapa demikian? Sebab seorang bapak tak bisa memperbaiki keluarga kalau ia tak bisa memperbaiki diri sendiri. Jangan mengharap memperbaiki keluarga kalau memperbaiki diri sendiri saja tak bisa. Bagaimana berani memperbaiki diri jika tak mengetahui apa yg mesti diperbaiki.
Kita harus mengawali segala dgn egois dahulu sebab kita tak bisa memperbaiki orang lain kalau diri sendiri saja tak terperbaiki. Seorang ustad akan terkesan omong kosong jika ia berbicara tentang orang lain agar memperbaiki diri sedang ia sendiri tak benar. Dalam bahasa Al-Qur’an “Sangat besar kemurkaan Allah terhadap orang berkata yg tak diperbuatnya”.Mudah-mudahan seorang ibu yg tersentuh mulai mengajak suaminya. Seorang anak mengajak orang tua di kantor seorang bos yg berusaha memperbaiki diri diperhatikan oleh bawahan dan membuat mereka tersentuh. Seorang kakek dilihat oleh cucu kemudian tersentuh. Mudah-mudahan dgn kegigihan memperbaiki diri nanti daya tahan rumahmulai membaik. Kalau sudah daya tahan rumah membaik insyaAllah kita bisa berbuat banyak utk bangsa kita ini. Mudah-mudahan nanti tiaprumah tangga visi tentang hidup ini menjadi baik.
Tahap selanjut adalah mau dibawa kemana rumah tangga kita ini apakah mau bermewah-mewahan mau pamer bangunan dan kendaraan ataurumah tangga kita ini adl rumah tangga yg punya kepribadian yg nanti akan menjadi nyaman. Jangan sampai rumah tangga kita ini menjadirumah tangga yg hubuddu krn semua penyakit akar dari cinta dunia ini. Orang sekarang menyebut materialistis. Bangsa ini roboh karena pecinta dunia terlalu banyak. Acara tv membuat kita menjadi yakin bahwa dunia ini alat ukur adl materi. Pelan tapi pasti kita harus mulai mengatakan dunia ini tak ada apa-apanya. Di dunia ini kita hanya mampir. Dengan konsep yg kita kenal yaitu rumus ‘tukang parkir’. Yang tadi bangga dengan merk menjadi malu dgn topeng yg dikenakannya. Nanti pelan-pelan akan menjadi begitu.Bukan kita harus hidup miskin. Nanti akan terjadi suasana di rumah tak goyah lbh sabar melihat dunia menjadi tak ada apa-apa dan tak sombong. Lihat kembali rumus ‘tukang parkir’ ia punya mobil tak sombong mobil ganti-ganti tak takabur diambil satu persatu sampai habis tak sakit hati. Mengapa ? krn tukang parkir tak merasa memiliki hanya tertitipi.Ketika melihat orang kaya biasa saja krn sama saja cuma menumpang di dunia ini jadi tak menjilat kepada atasan tak minder suasana kantor yg iri dan dengki jadi minimal.
Saudara-saudaraku SekalianJadi visi kita terhadap dunia ini akan berbeda. Kita tak bergantung lagi kepada dunia tak tamak tak licik tak serakah. Hidup akan bersahaja dan proporsional. Sekarang kita sedang krisis masa ini dapat menjadimomentum krn dgn krisis harga-harga naik kecemasan orang meningkat ini kesempatan kita buat berdakwah. Mau naik berapa saja harga tak apa-apa yg penting terbeli. Jika tak terjangkau jangan beli yg penting adl kebutuhan standar tercukupi. Orang yg sengsara bukan tak cukup tetapi krn kebutuhan melampaui batas. Padahal Allah menciptakan kita lengkap dgn rezekinya. Mulai dari buyut kita yg lahir ke dunia tak punyaapa-apa sampai akhir hayat masih makan dan dapat tempat berteduh terus. Orang tua kita lahir tak membawa apa-apa sampai saat ini masih makan terus berpakaian dan berteduh. Begitu pula kita sampai hari ini. Ha saja disaat krisis begini kita harus lbh kreatif. Mustahil Allah menciptakan manusia tanpa rezeki kita akan bingung menghadapi hidup. Semua orang sudah ada rezekinya. Dan barangsiapa yg hati akrab dgn Allah danyakin segala sesuatu milik Allah tiada yg punya selain Allah kita milik Allah. Kita hanya mahluk dan yg membagi menahan dan mengambil rezeki adl Allah. Orang yg yakin seperti itu akan dicukupi oleh Allah.
Jadi kecukupan kita bukan banyak uang tetapi kecukupan kita itu bergantung dgn keyakinan kita terhadap Allah dan berbanding lurus dgn tingkat tawakal. Allah berjanji “Aku adalah sesuai dgn prasangka hamba-Ku”. Jadi jangan panik. Allah penguasa semesta alam. Ini kesempatan buat kita utk mengevaluasi pola hidup kita. Yang membuat kita terjamin adl ketawakalan. Jadi yg nama musibah bukan kehilangan uang bukan kena penyakit musibah itu adl hilang iman. Dan orang yg cacat adl yg tak punya iman ia gagal dalam hidup krn tak mengerti mau kemana.Jadi kita tak punya alasan utk panik. Krisis seperti ini ada diman-mana kita harus kemas agar berguna bagi kita. Kita tak bisa mengharapkan yg terbaik terjadi pada diri kita tapi kita bisa kemas agar menjadi yg terbaik bagi diri kita. Kita tak bisa mengharapkan orang menghormati kita tapi kita bisa membuat penghinaan orang menjadi yg terbaik bagi diri kita.
Hal pertama yg harus kita jadikan rahasia kecukupan kita adl ketawakalan kita dan kedua adalah prasangka baik kepada Allah yg ketiga adl Lainsakartum laadziddanakum”Barangsiapa yg pandai mensyukuri ni’mat yg ada” Allah akan membuka ni’mat lainnya. Jadi jangan takut dgn belum ada krn yg belum ada itu mesti ada kalau pandai mensyukuri yg telah ada. Jadi dari pada kita sibuk memikirkan harga barang yg naik lbh baik memikirkan bagaimana mensyukuri yg ada. Karena dgn mensyukuri ni’mat yg ada akan menarik ni’mat yg lainnya. Jadi ni’mat itu sudah tersedia. Jangan berpikir ni’mat itu uang. Uang bisa jadi fitnah. Ada orang yg dititipi uang oleh Allah malah bisa sengsara krn ia jadi mudah berbuat maksiat. Yang nama ni’mat itu adl sesuatu yg dapat membuat kita dekat dgn Allah. Jadi jangan takut soal besok/lusa takutlah jika yg ada tak kita syukuri.
Satu contoh hal yang disebut kurang syukur dalam hidup itu adl kalau hidup kita itu Ishro yaitu berlebihan boros dan bermewah-mewahan. Hati-hati yg suka hidup mewah yang senang kepada merk itu adl kufur ni’mat. Mengapa? Karena tiap Allah memberi uang itu ada hitungannya. Mereka yg terbiasa glamour hidup mewah yang senang kepada merktermasuk yg akan menderita krn hidup akan biaya tinggi. Pasti merk itu akan berubah-ubah tak akan terus sama dalam dua puluh tahun. Harus siap-siap menderita krn akan mengeluarkan uang banyak utnuk mengejar kemewahan utk menjaga dan utk perawatannya. Dia juga akan disiksa oleh kotor hati yaitu riya’. Makin mahal tingkat pamer makin tinggi. Dan pamer itu membutuhkan pikiran lebih lelah dan tegang krn rampok akan berminat. Ingin diperlihatkan tapi takut dirampok jadi pening. Makin tinggi keinginan pamer makin orang lain menjadi iri/dengki. Pokok kalau kita terbiasa hidup mewah resiko tinggi. Ketentraman tak terasa. Hal yg bagus itu adl yg disebut syukur yaitu hidup bersahaja atau proporsional. Kalau Amirul Mukminin hidup sangat sederhana kalau seperti kita ini hidup bersahaja saja biaya dan perawatan akan murah.
Kalau kita terbiasa hidup bersahaja peluang riya kecil. Tidak ada yg perlu dipamerkan. Bersahaja tak membuat orang iri. Dan aneh orang yg bersahaja itu punya daya pikat tersendiri. Pejabat yg bersahaja akan menjadi pembicaraan yg baik. Artis yg sholeh dan bersahaja selalu bikin decak kagum. Ulama yg bersahaja itu juga membuat simpati. Juga harus hati-hati kita sudah capai-capai hidup glamor belum tentu dipuji bahkan saat sekarang ini akan dicurigai.Yang paling penting sekarang ini kita ni’mati budaya syukur dgn hidup proporsional. Jangan capai dgn gengsi hal itu akan membuat kitabinasa. Miliki kekayaan pada pribadi kita bukan pada topeng kita. Percayalah rekan-rekan sekalian kita akan meni’mati hidup ini jika kita hidup proporsional.Nabi Muhammad SAW tak memiliki singgasana istana bahkan tanda jasa sekalipun hanya memakai surban Tetapi tak berkurang kemuliaa sedikitpun sampai sekarang. Ada orang kaya dapat mempergunakan kekayaannya. Dia bisa beruntung jika ia rendah hati dan dermawan. Tapi ia bisa menjadi hina gara-gara pelit dan sombong. Ada orang sederhana ingin kelihatan kaya inilah yg akan menderita. Segala sesuatu dikenakan segala dicicil dikredit. Ada juga orang sederhana tapi dia menjadi mulai krn tak meminta-minta jadi terjaga harga dirinya. Dan ada orang yg mampu dan ia menahan diri ini akan menjadi mulia.
Mulai sekarang tak perlu tergiur utk membeli yg mahal-mahal yg bermerk. Supermarket mal dan sebagai itu sebenar tak menjual barang-barang primer. Allah Maha Menyaksikan. Apa yg dianjurkan Islam adl jangan sampai mubadzir. Rasul SAW itu kalau makan sampai nasi yg terakhir juga dimakan krn siapa tahu disitulah barokahnya. Kalau kita ke undangan pesta jangan mengambil makanan berlebihan. Ini sangat tak islami. Memang kita enak saja rasa tapi demi Allah itu pasti dituntut oleh Allah. Dan itu mempengaruhi struktur rezeki kita karena kita sudah kufur ni’mat. Kita harus bisa mempertanggungjawabkan tiap perbuatan kita krn tak ada yg kecil dimata Allah. Tidak ada pemborosan karena semua dihitung oleh Allah.Contoh mandi kalau bisa bersih dgn lima sampai tujuh gayung tapi mengapa harus dua puluh gayung. Kita mampu beli air tetapi bukan utk boros. Ini penting kalau ingin barokah rezeki hematlah kuncinya. Kalau merokok biaya yg kita keluarkan adl besar hanya untuk membuang asap dari mulut kita. Jangan cari alasan. Seharus sudah saat berhenti merokok. Cobalah ingat ini uang milik Allah. Kemudian sabun mandi jangan memakai sesuka kitatakarlah atau kalau perlu pakai sabun batangan. Kenapa kalau kita bisa hemat tak kita lakukan. Uang penghematan kita bisa gunakan utk sedekah atau menolong orang yg lbh membutuhkan. Sedekah itu tak akan mengurangi harta kita kecuali bertambah dan bertambah.
Ini pelajaran supaya hidup kita dijamin oleh Allah. Kita tak bisa terjamin oleh harta/tabungan kalau Allah ingin membuat penyakit seharga dua kali tabungan kita sangat gampang bagi Allah. Tidak ada yg dapat menjamin kita kecuali Allah oleh krn itu jangan merasa aman dgn punya tabungan tanah dan warisan. Dengan gampang Allah dapat mengambil itu semua tanpa terhalang. Aman itu justru kalau kita bisa dekat dgn Allah. Mati-matian kita jaga kesehatan kalau Allah inginkan lain gampang saja. Semua harta tak bisa kita ni’mati tetapi kalau Allah melindungi kita Insya Allah. Marilah hidup hemat tetapi hemat bukan berarti pelit. Proporsional atau adil adl puncak dari ahlak Contoh HP kalau tak terlalu perlu jual saja lagi. Janganlah dimiliki kalau hanya utk gaya saja. Penghematan akan mengundang barokah inilah yg disebut syukur ni’mat. Tujuan bukan mencari uang tetapi mempertanggung jawabkan tiap rupiah yg Allah titipkan.
Hal lain yg membuat barokah adl jika kita dapat mendayagunakan semua barang-barang kita. Di gudang kita pasti banyak barang yg tak kita pakai tetapi sayang utk dibuang. Coba lihat lemari pakaian kita banyak baju-baju lama begitu juga sepatu-sepatu lama kita. Keluarkanlah barang-barang yg tak berharga tersebut. Misalkan dirumah kita ada panci yg sudah rongsokanjika kita keluarkan ternyata merupakan panci idaman bagi orang lain. Di rumah kita tak terpakai tetapi jika dipakai orang lain dgn kelapangan dan mengeluarkan doa bisa jadi itulah yg membuat kita terjamin. Kalau kita ikhlas demi Allah itu lbh menjamin rezeki kita daripada tak terpakai di rumah. Setiap barang-barang yg tak bermanfaat tetapi bermanfaat bagi orang lain itulah pengundang rezeki kita. Bersihkan rumah kita dari barang-barang yg tak berguna. Lebih baik rusak digunakan orang lain daripada rusak dibiarkan di rumah itu akan barokah rezekinya.
Ini kalau kita ingin terjamin nama teori barokah. Kita tak akan terjamin dgn teori ekonomi manapun. Sudah berapa banyak sarjana ekonomi yg dihasilkan oleh universitas di negeri ini tetapi Indonesia masih saja babak belur.Rumus pertama adl bersahaja kedua adl total hemat ketiga adl keluarkan yg tak bermanfaat yg keempat adl tiap kita mengeluarkan uang harus menolong orang lain atau manfaat. Kalau mau belanja niatkan jangan hanya mencari barang tetapi juga menolong orang. Belilah barang di warung pengusaha kecil yg dapat menolong omzetnya. Hati-hati dgn menawar pilihan kalau itu merupakan hal yg adil. Jangan bangga kalau kita berhasil menawar. Nabi Muhammad SAW bahkan kalau beli barang dilebihkan uang dari harga barang yg sebenarnya. Tidak akan berkurang harta dgn menolong orang. Jangan memilih barang-barang yg bagus semua pilihlah yg jelek sebagian. Kita itu untung jika membuat sebanyak mungkin orang lain untung. Jangan jadi bangga ketika kita sendiri untung orang lain tidak.
Jika kita jadi pengusaha kita jadi kaya ketika karyawan diperas tenaga gaji hanya pas buat makan sedang kita berfoya-foya demi Allah kita akan rugi. Pengusaha Islam sejati tak akan berfoya-foya ia akan meni’mati karyawan sejahtera. Sehingga tak timbul iri yg ada adl cinta. Cinta membuat kinerja lbh bagus perusahaan lbh sehat. Kalau kapitalis pengusahanya bermewah-mewah ketika bawahan menderita. Jadi timbul dendam dan iri tiap ada kesempatan akan marah seperti yg terjadi di Bandung kemarin. Tetapi kalau kita senang mensejahterakan mereka anak kita sekolahkan. Dia merasa puas dan itulah nama keuntungan. Jadi mulai sekarang tiap membelanjakan uang harus menolong orang membangun ekonomi umat. Jadi tiap keluar harus multi manfaat bukan hanya dapat barang. Dengan membeli barang di warung kecil mungkin uang untuk menyekolahkan anak membeli sejadah membeli mukena Subhanallah.
Saudara-saudaraku SekalianJadi krisis seperti ini akan berdampak positif kalau kita bisa mengemas dgn baik. Nanti ketika strategi rumah kita sudah bersahaja kehidupan kita jadi efisien anak-anak terbiasa hidup hemat kita di rumah tak mempunyai beban dgn banyak barang. Barang yg ada di rumah harus ada nilai tambahnyabukan biaya tambah. Setiap blender harus ada nilai produktif misal utk membuat jus kemudian dijual pasti barokah. Bukan membuat biaya tambah krn harus diurus dirawat dan membutuhkan pengamanan barang yg seperti ini tak boleh ada di rumah kita. Rezeki kita pasti ada tinggal kita kreatifsaja. Tidak perlu panik Allah Maha Kaya. Sebagai amalan lain dalam situasi sesulit apapun tetaplah menolong orang lain krn tiap kita menolong orang lain kita pasti ditolong oleh Allah. Jika makin pahit makin getir harus makin produktif bagi orang lain. Baik sukses maupun tak tetap lakukan dimanapun kita berada. Ketika kita sedang berjalan kaki kemudian ada mobil yg hendak parkir bisa kita beri aba-aba. Ketika kita menyetir mobil ada yang mau menyebrang dahulukan saja kita tak tahu apa yg akan menimpa kita esok hari. Ketika kita sedang mengantri ada orang yg memotong berhentilah sebentar dgn mengalah berhenti barang lima menit tetapi membuat banyak orang bahagia.
Jadi insya Allah kalau hati kita sudah berbenah baik krisis ini akan lbh membuat hidup kita lurus. Hidup ini tak akan kemana-mana kecuali menunggu mati. Latihlah supaya kita sadar bahwa kita pasti mati tak membawa apa-apa. Kita hanya mampir sebentar di dunia ini.
Alhamdulilahirobil’alamin

Ahli Syukur


Saudaraku…Barang siapa yang ingin mendapatkan karunia besar dari ALLAH sebagai ahli syukur  maka memuliakan orang tua adalah bersyukur. Hari demi hari yang tersisa dari orang tua kita adalah harusnya kita yang berada di barisan yang paling depan yang selalau memohon kepada ALLAH agar orang tua kita bisa diselamatkan. Mengapa kita sering perhitungan, sering kikir dengan orang tua kita. Benar  orang tua kita jauh dari kesempurnaan tetapi orang tua lah yang menjadi  jalan kita ada di dunia ini. Seorang ahli syukur pasti dia sangat berbakti, sangat berusaha agar orang tua nya selamat, bahagia dunia akhirat. Saudara ku sekalian orang yang durhaka kepada orang tua merupakan orang  yang kufur nikmat.
Kufur nikmat pasti akan  selalu di rundung musibah. Rizki orang yang bersyukur kepada Allah tidak akan pernah kekurangan. Allah tahu kebutuhan kita lebih tahu dari pada kita sendiri tetapi, lihat apa yang kita lakukan dengan rizki yang Allah beri. Kita lebih banyak menjadikan rezeki ini untuk pamer, untuk memuaskan nafsu, untuk melaksanakan kesia sian dan kemaksiatan. Inilah yang membuat kita selalu menderita walaupun, punya rezeki  melimpah ruah.Padahal kalau kita tahu rezeki dari Allah sekecil apapun kita syukuri, walaupun kita hanya memakan dengan garam, tetapi kita akan berujar “ Ya Allah tiada tuhan selain Engkau yang menjamu dan menjamin hamba hamba MU.  Demi Allah walaupun uang sedikit, tetapi penuh rasa syukur Allah akan menghujamkan rasa nikmat di hati kita dan pada saatnya Allah akan mendatangkan rejeki lain yang lebih berkah dan lebih nikmat.  Jangan anggap rejeki itu yang membuat kita bahagia. Bahagia itu justru dari bersyukur terhadap rejeki yang ada. Sebanyak apapun yang kita miliki, orang yang tidak tahu syukur tidak akan pernah merasakan berkahnya rezeki yang ada.
Saudaraku  sekalian , marilah kita menjadi orang yang benar benar mensyukuri nikmat sekecil apapun. Kita di beri badan oleh Allah mengapa kita racuni badan ini dengan makanan makanan yang tidak berfaedah, dengan asap rokok asap rokok yang meracuni. Tubuh ini milik Allah, jangan salahkan siapapun kalau Allah menghujamkan berbagai penyakit kepada diri kita, karena kita kufur nikmat. Dosa kita adalah kufur nikmat, biang malapetaka itu kufur nikmat. Kita lebih sibuk memikirkan ingin sehat padahal. menjaga karunia Allah ini adalah bagian dari rasa syukur. Mudah dari Allah  menyehatkan kita. Siapapun yang meracuni tubuhnya dengan hal hal yang tidak disukai Allah, dia kufur nikmat. Jangan salahkan siapapun kalau Allah memberikan penyakit yang tidak diinginkan.
Saudara saudaraku sekalian. Mari kita lihat nikmat  lainnnya yaitu keluarga. Banyak orang yang menangis tersedu sedu ingin memiliki anak karena sulit.  Tapi berapa banyak orang tua yang tidak mensyukuri anak yang ada. Lebih sibuk dengan mensia- siakannya padahal anak adalah amanah. Adakalanya orang tua menyiapkan anak untuk menjadi pencinta dunia. Padahal anak yang mencintai dunia tidak bisa pernah berbakti kepada orang tua nya. Hanya anak yang mengenal Allah, hanya anak yang mengenal kebenaran yang tahu bagaimana memuliakan ibu bapak nya. Dunia ini akan mengeraskan hati, dunia ini hanya membuat kita lebih mudah berbuat dosa “hubbud dun yaa ro’su kulli khathii ah” Cinta dunia itu sumber dari segala kesalahan. Jangan salahkan siapapun  kalau anak anak kita sering  melukai hati kita, karena kita yang menyiapkan mereka. Bukan menjadi orang bersyukur. Semua kembali kepada kita. In ahsantum ahsantum li anfusikum wa in asa”tum falahaa. Kebaikan kembali kepada pelakunya, keburukankembali kepada pembuat nya.
Saudaraku sekalian tidak hanya nikmat yang harus kita syukuri, tetapi kepahitan demi kepahitan juga harus kita syukuri. Namun bukan kepahitannya yang harus kita syukuri tetapi hikmah dibalik kepahitan. Kalau kita dihina orang kita berat, karena kita lebih sibuk dengan nafsu. Tetapi kalau kita mau bersyukur ternyata penghinaan orang kepada kita itu adalah pemberitahuan betapa Allah menutupi aib kita lebih banyak dari pada yang diketahui oleh orang yang menghina kita.
Kalau kita dihina orang, itu adalah karunia Allah berarti Allah sedang menggugurkan dosa dosa kita, Kalau kita dihina orang kita punya kesempatan untuk bertobat. Bukankah banyak dosa diantara kita  yang tidak tertebus kecuali dengan rasa yg pedih dihati. Andai kata kita bisa menyukuri hikmah di balik kepahitan, maka kepahitan akan dirobah oleh Allah menjadi sesuatu yang bermakna.
Saudaraku sekalian. Sebenarnya jika kita mau merenung lebih dalam, lebih dalam, lebih dalam lagi maka orang itu hanya bahagia kalau dia tahu bersyukur, dan semua kesengsaraan dan kegelisahan, kepahitan kekurangan, bala, musibah termasuk yang bertubi-tubi negeri kita ini. Wa la in kafartum inna ‘azaabii lasyadiid Itu karena kita kufur terhadap nikmat yang ada.
Hadirin hadirat sebagai penutup dari khutbah arafah ini. Ada nikmat yang sangat berharga yaitu nikmat kesempatan. Allah merahasiakan kapan kita akan meninggal dunia, agar kita selalu berhati hati menjaga sisa umur ini. Terutama haji yang sudah datang ke Arofah, tolong di camkan baik baik betapa berharga nya nikmat sisa umur ini. Kita tidak tahu kapan akan mati. Mudah-mudahan dengan sadar hari demi hari adalah umur yang tersisa kita bisa menebus dosa dosa kita. Jangan biarkan hari yang tersisa ini tersia sia. Demi Allah jangan risau dengan rizki yang belum ada tetapi takutlah hari hari ini tidak bisa mensyukuri rezeki yang ada.
Jangan takut pada kehidupan yang belum ada tetapi takutlah hari ini tidak bisa kita syukuri. Syukurilah hari demi hari kita dengan penuh ketaatan kepada Allah, jikalau kita mendengar adzan syukurilah karena masih bisa mendengar adzan untuk bisa bersegera sholat. Jika kita memegang harta syukurilah harta yang ada dengan memperbanyak sedekah. Jika kita melihat orang yang dalam kesulitan maka syukurilah dengan kita berusaha menolongnya. Kalau kita punya pekerjaan syukurilah dengan bekerja jujur dimana kita ada syukurilah semuanya sekecil apapun, nikmat dari Allah patut disyukuri. Demi Allah  pasti Allah akan melihat yang kita lakukan. Allah janji akan memberi lebih kepada orang orang yang tahu bersyukur. Semoga dengan ada ibadah haji ini. Kita termasuk orang orang yang diberikan nikmat oleh Allah bisa menyukuri nikmat yang ada. Karena ternyata semua kehidupan kita akan sangat tergantung dari sikap terhadap nikmat yang Allah berikan. La in syakartum la aziidannakum …
Allahumma sholli wa shallim wa baarik ala syaidina muhdammad wa alaa ahlihi wa ashabihi ajmain. Alhamdulillahhirobbil alaamiin Laa Haulaa walaa quwwata illa billahil aliyul adzim. Ya Allah ya Hayyu ya Qoyyum Allah Yaa Kariim, Allahummaj’alna Hajjan mabruro wa sa’yan masykuuro wa dzanban maghfuuro, wa tijaarotan lan tabuur. Ya Allah yang maha menatap, wahai yang maha mendengar, wahai yang berjanji di tanah arofah ini, tempat mustajabnya doa. Wahai yang berjanji memberi ampunan bagi orang yang bergelimang dosa. Wahai yang  menjanjikan kemurahan bagi orang orang yang berharap pertolongan dan ampunan Ya Allah yaa Hayyu  yaa Qoyyum jadikanlah saat ini menjadi saat Engkau ampuni untuk apapun dosa yang kami lakukan. Allahumma Inna Nasaluka taubatan nasuuha wa taubatan qobla mauut wa rahmatan indal mauut wa magfirotan ba’dal maut Allahumma hawwin alaynaa fii syakarotil maut, aamiin yaa Robbal ‘aalamiin. (Aa Gym, 9 Dzulhijjah 1431,  Khutbah Wukuf Arafah, Saudi Arabia) /hsn

Diam Itu Emas


Oleh : K.H. Abdullah Gymnastiar
Dalam upaya mendewasakan diri kita, salah satu langkah awal yang harus kita pelajari adalah bagaimana menjadi pribadi yang berkemampuan dalam menjaga juga memelihara lisan dengan baik dan benar. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata benar atau diam.", hadits diriwayatkan oleh Bukhari.
1. Jenis-jenis Diam
Sesungguhnya diam itu sangat bermacam-macam penyebab dan dampaknya. Ada yang dengan diam jadi emas, tapi ada pula dengan diam malah menjadi masalah. Semuanya bergantung kepada niat, cara, situasi, juga kondisi pada diri dan lingkungannya. Berikut ini bisa kita lihat jenis-jenis diam:
a. Diam Bodoh
Yaitu diam karena memang tidak tahu apa yang harus dikatakan. Hal ini bisa karena kekurangan ilmu pengetahuan dan ketidakmengertiannya, atau kelemahan pemahaman dan alasan ketidakmampuan lainnya. Namun diam ini jauh lebih baik dan aman daripada memaksakan diri bicara sok tahu.

b. Diam Malas
Diam jenis merupakan keburukan, karena diam pada saat orang memerlukan perkataannya, dia enggan berbicara karena merasa sedang tidak mood, tidak berselera atau malas.

c. Diam Sombong
Ini pun termasuk diam negatif karena dia bersikap diam berdasarkan anggapan bahwa orang yang diajak bicara tidak selevel dengannya.

d. Diam Khianat
Ini diamnya orang jahat karena dia diam untuk mencelakakan orang lain. Diam pada saat dibutuhkan kesaksian yang menyelamatkan adalah diam yang keji.

e. Diam Marah
Diam seperti ini ada baiknya dan adapula buruknya, baiknya adalah jah lebih terpelihara dari perkataan keji yang akan lebih memperkeruh suasana. Namun, buruknya adalah dia berniat bukan untuk mencari solusi tapi untuk memperlihatkan kemurkaannya, sehingga boleh jadi diamnya ini juga menambah masalah.

f. Diam Utama (Diam Aktif)
Yang dimaksud diam keutamaan adalah bersikap diam hasil dari pemikiran dan perenungan niat yang membuahkan keyakinan bahwa engan bersikap menahan diri (diam) maka akan menjadi maslahat lebih besardibanding dengan berbicara.

2. Keutaam Diam Aktif
a. Hemat Masalah
Dengan memilih diam aktif, kita akan menghemat kata-kata yang berpeluang menimbulkan masalah.

b. Hemat dari Dosa
Dengan diam aktif maka peluang tergelincir kata menjadi dosapun menipis, terhindar dari kesalahan kata yang menimbulkan kemurkaan Allah.

c. Hati Selalu Terjaga dan Tenang
Dengan diam aktif berarti hati akan terjaga dari riya, ujub, takabbur atau aneka penyakit hati lainnya yang akan mengeraskan dan mematikan hati kita.

d. Lebih Bijak
Dengan diam aktif berarti kita menjadi pesdengar dan pemerhati yang baik, diharapkan dalam menghadapi sesuatu persoalan, pemahamannya jauh lebih mendaam sehingga pengambilan keputusan pun jauh lebih bijak dan arif.

e. Hikmah Akan Muncul
Yang tak kalah pentingnya, orang yang mampu menahan diri dengan diam aktif adalah bercahayanya qolbu, memberikan ide dan gagasan yang cemerlang, hikmah tuntunan dari Allah swtakan menyelimuti hati, lisan, serta sikap dan perilakunya.

f. Lebih Berwibawa
Tanpa disadari, sikap dan penampilan orang yang diam aktif akan menimbulkan wibawa tersendiri. Orang akan menjadi lebih segan untuk mempermainkan atau meremehkan.

Selain itu, diam aktif merupakan upaya menahan diri dari beberapa hal, seperti:
  1. Diam dari perkataan dusta
  2. Diamdari perkataan sia-sia
  3. Diam dari komentar spontan dan celetukan
  4. Diam dari kata yang berlebihan
  5. Diam dari keluh kesah
  6. Diam dari niat riya dan ujub
  7. Diam dari kata yang menyakiti
  8. Diam dari sok tahu dan sok pintar
Mudah-mudahan kita menjadi terbiasa berkata benar atau diam. Semoga pula Allah ridha hingga akhir hayat nanti, saat ajal menjemput, lisan ini diperkenankan untuk mengantar kepergian ruh kita dengan sebaik-baik perkataan yaitu kalimat tauhiid "laa ilaha illallah" puncak perkataan yang menghantarkan ke surga.

BERSABAR SAAT TERTIMPA BENCANA MELURUSKAN AQIDAH


BERSABAR SAAT TERTIMPA BENCANA MELURUSKAN AQIDAH
“Dan sesungguhnya  akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit rasa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, orang sabar  (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,”Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. [Al Baqarah/2:155-157]
PENJELASAN AYAT
Firman Allah Ta’ala :
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan”.
Dalam menafsirkan ayat di atas, Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, (pada ayat ini) Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan bahwa Dia menguji dan menempa para hamba-Nya. Terkadang (mengujinya) dengan kebahagiaan, dan suatu waktu dengan kesulitan, seperti rasa takut dan kelaparan. [2]
Senada dengan keterangan sebelumnya, Syaikh Abdur-Rahman as-Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya menyatakan: “Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan, bahwa Dia pasti akan menguji para hambaNya dengan bencana-bencana. Agar menjadi jelas siapa (di antara) hamba itu yang sejati dan pendusta, yang sabar dan yang berkeluh-kesah. Ini adalah ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala atas para hamba-Nya. Seandainya kebahagiaan selalu menyertai kaum Mukminin, tidak ada bencana (yang menimpa mereka), niscaya terjadi percampuran, tidak ada pemisah (dengan orang-orang tidak baik). Kejadian ini merupakan kerusakan tersendiri. Sifat hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala (ini) menggariskan adanya pemisah antara orang-orang baik dengan orang-orang yang jelek. Inilah fungsi musibah”.[2]

Makna dari “dengan sedikit ketakutan dan kelaparan,” yaitu takut kepada para musuh dan kelaparan yang ringan. Sebab bila diuji dengan rasa takut yang memuncak atau kelaparan yang sangat, niscaya mereka akan binasa. Karena, hakikat ujian adalah untuk menyeleksi, bukan membinasakan. Sedangkan musibah berupa “kekurangan harta,” mencakup berkurangnya harta akibat bencana, hanyut, hilang, atau dirampas oleh sekelompok orang zhalim, ataupun dirampok.
Adapun bencana yang menimpa “jiwa,” yaitu berupa kematian orang-orang yang dicintai. Misalnya, seperti anak-anak, kaum kerabat dan teman-teman. Atau terjangkitinya tubuh seseorang, atau orang yang ia cintai oleh terjangkiti berbagai penyakit.
Berkaitan dengan kekurangan pada “buah-buahan,” lantaran bergulirnya musim dingin, salju, terjadinya kebakaran, gangguan dari belalang dan hewan lainnya, sehingga kebun-kebun dan ladang pertanian tidak menghasilkan sebagaimana biasanya.[3]
Semua ini dan bencana lain yang serupa, merupakan ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi para hamba-Nya. Barangsiapa bersabar, niscaya akan memperoleh pahala. Dan orang yang putus asa, akan ditimpa hukuman-Nya. Karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengakhiri ayat ini dengan berfirman:
“(Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar)”.[4]
Maksudnya, berilah kabar gembira atas kesabaran mereka. Pahala kesabaran tiada terukur. Akan tetapi, pahala ini tidak dapat dicapai, kecuali dengan kesabaran pada saat pertama kali mengalami kegoncangan (karena tertimpa musibah).[5]
Selanjutnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan kriteria orang-orang yang bersabar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“(Yaitu), orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”.
Kata-kata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” inilah, dikenal dengan istilah istirja’, yang keluar dari lisan-lisan mereka saat didera musibah.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,”Mereka menghibur diri dengan mengucapkan perkataan ini saat dilanda (bencana) dan meyakini, bahwa mereka milik Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia (Allah Subhanahu wa Ta’ala) berhak melakukan apa saja terhadap ciptaan-Nya. Mereka juga mengetahui, tidak ada sesuatu (amalan baik) yang hilang di hadapan-Nya pada hari Kiamat. Musibah-musibah itu mendorong mereka mengakui keberadaanya sebagai ciptaan milik Allah, akan kembali kepada-Nya di akhirat kelak.”[6]
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kata-kata itu sebagai sarana untuk mencari perlindungan bagi orang-orang yang dilanda musibah dan penjagaan bagi orang-orang yang sedang diuji. Karena kata-kata itu mengandung makna yang penuh berkah.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala [inna lillahi] ini mengandung nilai tauhid dan pengakuan penghambahaan diri, dan di bawah kepemilikan Allah.
Sedangkan firmanNya [wainna ilaiyhi rajiu'un] mengandung makna pengakuan terhadap kehancuran yang akan menimpa manusia, dibangkitkan dari kubur, serta keyakinan bahwa segala urusan kembali kepada Allah.[7]
“(Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya)”.
Betapa besar balasan kebaikan yang diperoleh orang-orang yang mampu bersabar, menahan diri dalam menghadapi musibah dari Allah, Dzat yang mengatur alam semesta ini.
Kata Imam al Qurthubi rahimahullah : “Ini merupakan rangkaian kenikmatan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi orang-orang yang bersabar dan mengucapkan kalimat istirja’. Yang dimaksud “shalawat” dari Allah bagi hamba-Nya, yaitu ampunan, rahmat dan keberkahan, serta kemuliaan yang diberikan kepadanya di dunia dan di akhirat. Sedangkan kata “rahmat” diulang lagi, untuk menunjukkan penekanan dan penegasan makna yang sudah disampaikan”. [8]
Imam ath-Thabari mengartikannya dengan makna maghfirah (ampunan)[9]. Sedangkan menurut Ibnu Katsir rahimahullah maknanya ialah, mereka mendapatkan pujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.[10]
“(dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk)”.
Disamping karunia yang telah disebutkan, mereka juga termasuk golongan orang-orang muhtadin (yang menerima hidayah), berada di atas kebenaran. Mengatakan ucapan yang diridhai Allah, mengerjalan amalan yang akan membuat mereka menggapai pahala besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala [11]. Dalam konteks ini, yaitu keberhasilan mereka bersabar karena Allah.[12]
Ayat ini menunjukkan pula balasan bagi orang yang tidak mampu bersabar. Yaitu akan mendapat balasan dalam bentuk celaan, hukuman dari Allah, kesesatan dan kerugian.[13]
KESABARAN MENGHADAPI MUSIBAH MELURUSKAN AQIDAH
Kata sabar berasal dari shabara. Yakni menahan dan menghalangi. Mengandung makna mengekang jiwa dari menolak ketetapan takdir, menahan lisan dari keluh-kesah dan murka, serta mengendalikan anggota tubuh dari tindakan memukuli pipi, merobek-robek baju, dan reaksi-reaksi lainnya yang bersifat jasmine, dengan maksud menggugat takdir.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
??
“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali denga izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.” [At Taghabun/64:11]
Alqamah rahimahullah, seorang dari kalangan Tabi’in berkata: “Ia adalah seseorang yang dilanda musibah. Kemudian ia meyakini bahwa musibah itu berasal dari Allah, sehingga tetap ridha dan berserah diri”.
Said bin Jubair berkata,”Maksud firman Allah di atas, yakni ia mengucapkan istirja’ dengan mengatakan ‘inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’ (saat dilanda bencana).”
Ayat di atas, sebagaimana disampaikan Syaikh Shalih al Fauzan, adalah merupakan dalil, bahwa amalan termasuk dalam lingkup keimanan. Ayat ini juga menunjukkan, bahwa kesabaran merupakan pintu hidayah bagi hati. Dan seorang mukmin membutuhkan kesabaran dalam segala keadaan.
Yang lebih penting lagi, saat dilanda berbagai macam musibah, maka kesabaran benar-benar dituntut untuk selalu dikuatkan keberadaannya. Tidak bisa tidak, karena musibah-musibah yang terjadi tidak lepas dari ketentuan Allah Ta’ala. Sehingga ketidaksabaran, justru akan menggoreskan cacat pada keimanan seseorang terhadap rububiyah Allah Subhanahu wa Ta’ala.[14]
Bahkan hakikatnya musibah itu mendatangkan berbagai kemanfaatan. Diungkapkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah : “Bencana-bencana merupakan kenikmatan. Sebab menggugurkan dosa-dosa dan menuntut adanya kesabaran, sehingga memperoleh pahala. Juga mengharuskan inabah (kembali) kepada Allah, menghinakan diri kepada-Nya, berpaling dari sesama manusia dan kemaslahatan penting lainnya. Terhapusnya dosa dan kesalahan dengan adanya musibah-musibah, (juga) termasuk kenikmatan yang besar…”. Dikutip dari al Irsyad, hlm. 103.
SUKA MENGELUH, GELAR ORANG-ORANG YANG JAHIL [15]
Orang yang jahil (bodoh) mengadukan Allah kepada sesamanya. Ini merupakan tindakan bodoh yang sangat parah terhadap Dzat yang Maha Agung. Seandainya ia mengenal Allah dengan sebaik-baiknya, tentu ia tidak akan mengeluhkan perbuatan-perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Juga tidak akan mengeluhkan Allah kepada sesama.manusia.
Adapun orang yang berilmu, ia akan mengadu hanya kepada Allah saja. Yaitu dengan menyalahkan diri sendiri, bukan orang lain.
PERLUNYA JIWA DIDIDIK DENGAN BENCANA [16]
Bencana atau musibah yang sedang melanda, hakikatnya memiliki peran besar dalam mendidik jiwa. Karena sudah semestinya jiwa itu juga harus dididik, meskipun dengan bencana. Sehingga ia akan memiliki kekuatan yang tegar, keteguhan sikap, terlatih, selalu respek dan waspada terhadap lingkungan sekitar.
Kesulitan-kesulitan yang dialami jiwa, sesungguhnya akan menghasilkan potensi luar biasa. Potensi itu dalam bentuk kekuatan besar yang tersembunyi. Kesulitan-kesulitan itu mampu membuka celah-celah hati, yang bahkan tidak diketahui oleh seorang mukmin sekalipun, kecuali melalui bencana atau musibah yang menderanya.
Saat itulah, seorang manusia harus segera menyadari, bahwa yang paling penting ialah iltija`. Yaitu mencari perlindungan diri kepada Allah semata, ketika seluruh tempat bergantung mengalami kegoncangan. Tidak ada tempat berlindung kecuali naungan-Nya. Tidak ada pertolongan, kecuali dari-Nya. Di saat-saat genting itulah, tabir kepalsuan kekuatan makhluk tersingkap. Tidak ada kekuatan kecuali dengan kekuatan Allah. Tidak ada daya kecuali daya-Nya. Dan tidak ada tempat perlindungan kecuali kepada-Nya.
Razaqanallah husnal khatimah. Wallahu a’lam.
[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun X/1428H/2007M, Rubrik Mabhats, Alamat Redaksi : Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo - Solo 57183, Telp. 0271-5891016]
________
Footnote
[1]. Tafsirul-Qur`anil-‘Azhim, Cet. II, Th. 1422H-2001M, Darul-Kutub ‘Ilmiyah (1/191).
[2]. Taisirul-Karimir-Rahman, Cet I, Th. 1423 H-2002M, Muassasah Risalah, hlm. 76.
[3]. Lihat Taisirul-Karimir-Rahman hlm. 76; Tafsirul Qur`anil ‘Azhim (1/196).
[4]. Tafsirul-Qur`anil-‘Azhim (1/196).
[5]. Al Jami li-Ahkamil-Qur`an, Tahqiq Abdur-Razzaq Mahdi, Cet. II, Th. 1420H-1999M, Maktabah Rusyd (2/170).
[6]. Tafsirul-Qur`anil-‘Azhim (1/196).
[7]. Al Jami li Ahkamil-Qur`an (2/172).
[8]. Ibid.
[9]. Jami’ul-Bayan, Cet. I, Th. 1421 H-2001 M, Darul-Ihyait-Turats (2/52).
[10]. Tafsirul-Qur`anil-‘Azhim (1/196).
[11]. Jami’ul-Bayan (2/53).
[12]. Taisirul-Karimir-Rahman, hlm. 76
[13]. Ibid.
[14]. Al Irsyad, Cet. I, Th. 1414 H, Maktabah al Ilmu, hlm. 101-102.
[15]. Al Fawaid, hlm. 95.
[16]. Ats-Tsabat ‘alal-Islam, hlm. 56-57 secara ringkas.
Courtesy of almanhaj.or.id

BENCANA SEBAGAI PENEBUS DOSA

Di antara kita ada yang mengeluh, kenapa orang-orang beriman kini banyak mendapatkan musibah dan cobaan, sementara orang-orang kafir justru hidupnya relatif bahagia dengan berbagai kecukupan. Hal yang sama sebenarnya pernah juga dikeluhkan oleh Rasulullah kepada Rabb-nya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah pernah berdialog langsung dengan Allah mengenai hal ini.

Pinta Rasul, "Wahai Rabb, Hamba-Mu yang mukmin, yang taat kepada-Mu dan menjahui maksiat kepada-Mu, Engkau jauhkan dunia daripadanya, sementara bala bencana Engkau hadapkan kepadanya. Adapun hamba-Mu yang kafir, yang tidak taat kepada-Mu serta berbuat maksiat kepada-Mu, justru Engkau jauhkan dari bala bencana dan Engkau longgarkan (kehidupan) dunianya."

Firman Allah, "Hamba-hamba itu milik-Ku, dan bala bencana itu milik-Ku juga. Masing-masing berjalan menurut puji-Ku. Hamba mukmin yang menjalani dosa dan Aku hadapkan bala bencana kepadanya, hal itu sebagai penebus dosanya. Ketika ia menemui-Ku, akan Aku balas kebaikannya. Sedangkan orang kafir yang menjalani kebaikan, maka Aku murahkan rizkinya dan Aku jauhkan dia dari bala bencana. Aku balas kontan kebaikannya sewaktu di dunia sampai dia menemui Aku dan barulah Aku balas kejahatannya."

Dialog ini setidak-tidaknya telah mewakili aspirasi kita di hadapan Allah swt. Sering kali kita protes --kadang dalam hati, tapi tak sedikit juga keluar dalam bentuk pernyataan-- bahwa Tuhan kurang adil. Kita merasa sudah menjalankan perintah-Nya, sudah berusaha keras meninggalkan larangan-Nya, tapi kemiskinan dan berbagai bencana lain masih juga belum mau menyingkir dari kehidupan kita. Sementara orang lain yang tak pernah shalat, apalagi mengeluarkan zakat, kehidupannya berlimpah rezeki, bergelimang harta.

Akan tetapi setelah mendapatkan jawaban yang logis dari Allah, sebagaimana dalam dialog di atas, sakit hati kita sedikit terobati. Disebut sedikit terobati, sebab selebihnya kita tetap menuntut seperti mereka, mendapatkan limpahan rezeki dan tambahan harta.

Adalah wajar jika kita menuntut hal seperti itu, sebab Allah sendiri mengajari kita untuk berdoa, meminta kepada Allah agar diberi keselamatan di di dunia dan kebahagiaan hidup di akherat. Semua mukmin tidak lupa membaca doa ini, terutama setelah selesai menjalankan ibadah shalat.
Akan tetapi kita mesti menyadari bahwa hidup ini tidak hanya di sini. Untuk kehidupan yang jauh tersebut kita memerlukan bekal yang cukup. Ibarat pengusaha, kita memerlukan saving dan investasi jangka panjang.

Seorang mukmin tidak seperti penjual kacang goreng. Sekali goreng, jual, kemudian dapat untung. Besok goreng lagi, jual lagi, dan untung lagi. Keuntungan yang kontan ini biasanya nilainya kecil. Beda dengan mereka yang menanam investasi jangka panjang, sekali masa panen, selamanya menjadi kaya raya.

Dalam hal ini perniagaan yang dilakukan seorang mukmin adalah perniagaan dengan Allah. Berniaga dengan Allah tentu tak mengenal rugi. Pasti untung, dan keuntungannya tak tanggung-tanggung. Allah berfirman:
"Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak." (QS. Al-Hadiid: 11)

Tentang bagaimana cara kita berniaga dengan Allah swt, al-Qur'an menjawabnya, "Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari adzab yang pedih? (yaitu) Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan memasukkan kamu ke tempat tinggal yang baik di dalam surga 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar." (QS Ash-Shaaf: 10-12)

Orang mukmin orientasi berfikirnya selalu jauh ke depan. Namun demikian bukan berarti bahwa untuk hari ini tidak difikirkan. Ibarat petani, ia menanam tanaman yang berjangka panjang, tapi untuk kebutuhan sehari-harinya, di sela-sela tanaman besar ia tanam juga biji-bijian. Dengan begitu, hari ini ia bisa hidup, untuk hari depannya ia bisa panen besar. Itulah yang dipesankan Allah dalam sebuah firman-Nya:
"Dan carilah bekal hidup untuk akhiratmu, tapi jangan lupakan bagianmu di dunia." (QS al-Qashash: 77)

Allah Maha Pemurah akan memberikan apa saja yang dikehendaki manusia sesuai dengan kehendaknya. Bila manusia berbuat sesuatu dan ia menginginkan balasan seketika itu, maka Allah akan memberikannya. Sebaliknya jika ia berbuat sesuatu, namun ia mengharapkan pahala di akhirat, maka Allah akan membalasnya sesuai dengan permintaannya.

Jika seorang beribadah yang seharusnya untuk tujuan akhirat, tapi ia niatkan untuk dunia, maka Allah memberikannya di dunia, berupa penghormatan atau nama baik di dunia. Tapi untuk akhirat tentu saja sudah tidak ada lagi bagiannya. Demikian juga jika manusia menolong sesamanya, sementara dia tidak mengharap apapun dari rekannya tersebut, kecuali balasan dari Allah swt, maka Allah akan memberi balasan surga baginya.

Tentang bala bencana, kepada orang-orang yang beriman biasanya Allah swt membalasnya dengan sesegera mungkin. Hal ini dimaksudkan untuk kebaikan orang tersebut. Sebaliknya kepada orang-orang kafir atau orang-orang yang dikehendaki jelek oleh Allah, maka biasanya bala bencana itu ditangguhkannya, sampai di akhirat nantinya.

Suatu hari salah seorang sahabat memandang wanita yang dikenalnya pada masa jahiliyah. Ia kemudian terlibat percakapan yang panjang dengan wanita tersebut sampai pada akhirnya wanita itu berlalu darinya. Sambil berjalan sahabat tersebut tetap memalingkan pandangannya kepada wanita tersebut, sehingga tanpa sadar ia membentur dinding sampai bengkak mukanya. Kejadian ini dilaporkan kepada Rasulullah. Menanggapi kasus ini Rasulullah bersabda, "Jika Allah menghendaki kebaikan terhadap hamba-Nya, maka disegerakanlah balasan (atas dosanya) di dunia. Apabila Allah menghendaki keburukan kepada hamba-Nya, maka Ia biarkan hamba tersebut dengan dosanya sehingga akan dilengkapkan pembalasannya pada hari kiamat." (HR Tirmidzi dan Hakim)

Bagi orang mukmin sakit itu bisa merupakan rahmat dari Allah swt. Banyak di antara dosa-dosa tertentu yang hanya bisa rontok setelah seseorang mengalami sakit. Jadi sakit bagi orang yang beriman berfungsi merontokkan dosa. Tentu saja jika sakitnya diterima dengan lapang dada, kemudian dipakai untuk merenungkan berbagai amalan yang pernah dikerjakannya. Pada saat seperti itu ia bertaubat dan minta ampunan kepada Allah swt. Sakit yang demikian justru sangat bermanfaat.

Konon, Fir'aun menjadi sangat sombong karena ia tak pernah sakit sepanjang hidupnya. Ia baru mengalami rasa sakit pada saat menjelang ajalnya, yaitu ketika ia terombang-ambing oleh ombak lautan yang kemudian menenggelamkannya. Merasa tidak pernah diberi cobaan oleh Allah, maka sikapnya menjadi sombong, sampai-sampai seluruh rakyatnya harus menyembah kepadanya. Ia mengaku sebagai Tuhan.

Oleh itu, ketika bencana datang, sikap kita adalah mengembalikan semua urusan kepada Allah. Kita ucapkan satu kalimat pendek: Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun, sesungguhnya semua urusan itu bagi Allah, dan sesungguhnya kepada-Nya semua akan kembali.

Bersamaan dengan ucapan itu hendaknya ada perasaan menerima kenyataan yang ada, kemudian pelan-pelan mencari hikmahnya. Hikmah yang pertama, barangkali melalui bencana itu Allah hendak melebur dosa-dosa kita di masa lalu. Jika demikian halnya, tak jadi soal. Sakit di dunia ada batasnya. Jika sudah tidak kuat menahannya, paling-paling kita jatuh pinsan, tak sadarkan diri. Pada saat itu kita tidak merasakan apa-apa. Sakit di dunia juga ada batasan waktunya. Jika tidak sembuh, ya mati. Namun bagaimana jika harus mengalami sakit di akhirat karena dosa-dosa kita? Beratnya tak terbatas, waktunya juga tak terhingga. Dengan demikian kita tetap bisa bersyukur kepada Allah.

Hikmah kedua, mungkin saja melalui bencana itu Allah justru hendak mengangkat derajat kita. Siapa tahu kehendak Allah di balik musibah tersebut. Sebagai muslim tentu saja kita yakin atas kemurahan Allah, karena Rasulullah pernah bersabda, "Tidak ada suatu bencana yang menimpa orang mukmin walaupun hanya sepotong duri atau lebih, kecuali pastilah dengan bencana itu Allah akan mengurangi satu kesalahan (dosanya)." Dalam riwayat yang lain Rasulullah bersabda, "Pastilah Allah meninggikan derajatnya satu tingkat dan mengurangi kesalahan (dosa)-nya." (HR Muslim dari 'Aisyah)

Semoga bencana yang menimpa kita saat ini, berupa krisis ekonomi yang merembet menjadi krisis sosial dan politik ini merupakan bentuk dari pengurangan dosa-dosa kita, atau justru Allah menghendaki yang lain, yaitu meningkatkan derajat kita sebagai muslim yang bermartbat di antara bangsa-bangsa lainnya di dunia. Hal ini bisa terjadi jika kita berusaha menerima dan menggali hikmahnya.
POSTED BY MARDI AT 6:26 AM
LABELS: ARTIKEL ISLAMI
Sumber : http://mardiunj.blogspot.com/2010/01/bencana-sebagai-penebus-dosa.html

ALQURAN


CALON ORANG BESAR MEMULAI PERUBAHAN


Kita ini terlalu banyak menggunakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk sesuatu di luar diri kita. Juga terlalu banyak energi dan potensi kita untuk memikirkan selain diri kita, baik itu merupakan kesalahan,keburukan,mau pun kelalaian. Namun, ternyata sikap kita yang kita anggap kebaikan itu tidak efektif untuk memperbaiki yang kita anggap salah. 

Banyak orang yang menginginkan orang lain berubah,tapi ternyata yang diinginkannya itu tak kunjung terwujud. Kita sering melihat orang yang menginginkan Indonesia berubah. Tapi, pada saat yang bersamaan, ternyata keluarganya 'babak belur', di kantor sendiri tak disukai, di lingkungan masyarakat tak bermanfaat. Itu namanya terlampau muluk. 

Jangankan mengubah Indonesia, mengubah anaknya saja tidak mampu. Banyak yangmenginginkan situasi negara berubah, tapi kenapa merubah sikap istri saja tidak sanggup. Jawabnya adalah: kita tidak pernah punya waktu yang memadahi untuk bersungguh-sungguh mengubah diri sendiri. Tentu saja, jawaban ini tidak mutlak benar. Tapi jawaban ini perlu diingat baik-baik. 

Siapa pun yang bercita-cita besar, rahasianya adalah perubahan diri sendiri.Ingin mengubah Indonesia, caranya ubah saja diri sendiri. Betapapun kuatnya keinginan kita untuk mengubah orang lain, tapi kalau tidak dimulai dari diri sendiri, semua itu menjadi hampa. Setiap keinginan mengubah hanya akan menjadi bahan tertawaan kalau tidak dimulai dari diri sendiri. Orang di sekitar kita akan menyaksikan kesesuaian ucapan dengan tindakan kita. 

Boleh jadi orang yang banyak memikirkan diri sendiri itu dinilai egois.Pandangan itu ada benarnya jika kita memikirkan diri sendiri lalu hasilnyajuga hanya untuk diri sendiri. Tapi yang dimaksud di sini adalah memi kirkan diri sendiri, justru sebagai upaya sadar dan sungguh-sungguh untuk memperbaiki yang lebih luas. 

Perumpamaan yang lebih jelas untuk pandangan ini adalah seperti kita membangun pondasi untuk membuat rumah. Apalah artinya kita memikirkan dinding, memikir kan genteng, memikirkan tiang sehebat apa pun, kalau pondasinya tidak pernah kita bangun. Jadi yang merupa kan titik kelemahan manusia adalah lemahnya kesunggu han untuk mengubah dirinya, yang diawali dengan kebe ranian melihat kekurangan diri. 

Pemimpin mana pun bakal jatuh terhina manakala tidak punya keberanian mengubah dirinya. Orang sukses mana pun bakal rubuh kalau dia tidak punya keberanian untuk 

mengubah dirinya. Kata kuncinya adalah keberanian. Berani mengejek itu gampang, berani menghujat itu gampang, tapi, tidak sembarang orang yang berani meli hat kekurangan diri sendiri. Ini hanya milik orang- orang yang sukses sejati. 

Orang yang berani membuka kekurangan orang lain, itu biasa. Orang yang berani membincangkan orang lain, itu tidak istimewa. Sebab itu bisa dilakukan orang yang tidak punya apa-apa sekali pun. Tapi, kalau ada orang yang berani melihat kekurangan diri sendiri, bertanya tentang kekurangan itu secara sistematis, lalu dia buat sistem untuk melihat kekurangan dirinya,inilah calon orang besar. 

Mengubah diri dengan sadar, itu juga mengubah orang lain. Walaupun dia tidak mengucap sepatah kata pun untuk perubahan itu, perbuatannya sudah menjadi ucapan yang sangat berarti bagi orang lain. Percayalah, kegigi han kita memperbaiki diri, akan membuat orang lain melihat dan merasakannya. 

Memang pengaruh dari kegigihan mengubah diri sendiri tidak akan spontan dirasakan. Tapi percayalah, itu akan membekas dalam benak orang. Makin lama, bekas itu akan membuat orang simpati dan terdorong untuk juga melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Ini akan terus berimbas, dan akhirnya seperti bola salju. Perubahan bergulir semakin besar. 

Jadi kalau ada orang yang bertanya tentang sulitnya mengubah anak, sulitnya mengubah istri, jawabannya dalam diri orang itu sendiri. Jangan dulu menyalahkan orang lain, ketika mereka tidak mau berubah. Kalau kita sebagai ustadz, kyai, jangan banyak menyalahkan santrinya. Tanya dulu diri sendiri.Kalau kita sebagai pemimpin, jangan banyak menyalahkan karyawan, lihat dulu diri sendiri seperti apa. 

Kalau kita sebagai pemimpin negara, jangan banyak menyalahkan rakyatnya.Lebih baik para penyelenggara negara gigih memperbaiki diri sehingga bisa menjadi teladan. Insya Allah, walaupun tanpa banyak berkata, dia akan membuat perubahan cepat terasa, jika berani memperbaiki diri. Itu lebih baik dibanding banyak berkata, tapi tanpa keberanian menjadi suri teladan. 

Jangan terlalu banyak bicara. Lebih baik bersungguh-sungguh memperbaiki diri sendiri. Jadikan perkataan makin halus, sikap makin mulia, etos kerja makinsung guh-sungguh, ibadah kian tangguh. Ini akan disaksikan orang. 

Membicarakan dalil itu suatu kebaikan. Tapipembicaraan itu akan menjadi bumerang ketika perilaku kita tidak sesuai dengan dalil yang dibicarakan.Jauh lebih utama orang yang tidak berbicara dalil, tapi berbuat sesuai dalil. Walaupun tidak dikatakan, dirinya sudah menjadi bukti dalil tersebut. 

Mudah-mudahan, kita bisa menjadi orang yang sadar bahwa kesuksesan diawalidari keberanian melihat kekurangan diri sendiri. Amien

Oleh: KH Abdullah Gymnastiar

Budaya Bersahaja


Kecenderungan manusia berperilaku boros terhadap harta memang sudah ada di dalam dirinya. Ditambah lagi perilaku boros adalah salah satu tipu daya setan terkutuk yang membuat harta yang kita miliki tidak efektif mengangkat derajat kita. Harta yang dimiliki justru efektif menjerumuskan, membelenggu, dan menjebak kita dalam kubangan tipu daya harta karena kita salah dalam menyikapinya.
Hal ini dapat kita perhatikan dalam hidup keseharian kita. Orang yang punya harta, kecenderungan untuk menjadi pecinta harta cenderung lebih besar. Makin bagus, makin mahal, makin senang, maka makin cintalah ia kepada harta yang dimilikinya. Lebih dari itu, maka ingin pulalah ia untuk memamerkannya. Terkadang apa saja ingin dipamer-pamerkan. Ada yang pamer kendaraan, pamer rumah, pamer mebel, pamer pakaian, dan lain-lain. Sifat ini muncul karena salah satunya kita ini ingin tampil lebih wah, lebih bermerek, atau lebih keren dari orang lain. Padahal, makin bermerek barang yang dimiliki justru akan menyiksa diri.
Suatu pengalaman ketika seseorang memberi sebuah ballpoint. Dari tampangnya ballpoint ini saya pikir sangat bagus, mengkilat, dan ketika dipakai untuk menulis pun enak. Tapi tiba-tiba ballpoint ini menjadi barang yang menyengsarakan ketika ada yang memberi tahu bahwa ballpoint yang mereknya "MP" itu adalah sebuah merek terkenal untuk ukuran sebuah benda bernama ballpoint. Mulanya tidak mengerti sama sekali. Tadinya saya kira harganya paling cuma ribuan rupiah saja. Nah, gara-gara tahu itu ballpoint mahal, sikap pun jadi berubah. Tiba-tiba jadi takut hilang, ketika dibawa takut jatuh, ketika dipinjam takut cepat habis tintanya karena tintanya pun mahal, mau disimpan takut jadi mubazir, mau dikasihkan ke orang lain sayang, ditambah lagi saat dipakai pun malu, mungkin nanti ada yang komentar "Wah, Aa ballpoint-nya ballpoint mahal!". Begitulah, nasib punya barang bermerek, tersiksa!
Sebaliknya, kalau kita terbiasa dengan barang yang biasa-biasa, dapat dipastikan hidup pun akan lebih ringan. Karenanya, hati-hatilah saudaraku. Apalagi dalam kondisi ekonomi bangsa kita yang sedang terpuruk seperti saat ini. Kita harus benar-benar mengendalikan penuh keinginan-keinginan kita jikalau ingin membeli suatu barang. Ingat, yang paling penting adalah bertanya pada diri apa yang paling bermamfaat dari barang yang kita beli tersebut. Buat pula skala prioritas, misalnya, haruskah membeli sepatu seharga 1 juta rupiah padahal keperluan kita hanya sebentuk sepatu olahraga. Apalagi dihadapan tersedia aneka pilihan harga, mulai dari yang 700 ribu, 400 ribu, 200 ribu, sampai yang 50 ribu rupiah. Mereknya pun beragam, tinggal dipilih mana kira-kira yang paling sesuai. Nah, kalau kita ada dalam posisi seperti ini, maka carilah sepatu yang paling tidak membuat kita sombong ketika memakainya, yang paling tidak menyikasa diri dalam merawatnya, dan yang paling bisa bermamfaat sesuai tujuan utama dari pembelian sepatu tersebut. Hati-hatilah, sebab yang biasa kita beli adalah mereknya, bukan awetnya, karena kalau terlalu awet pun akan bosan pula memakainya. Jangan pula tergesa-gesa, dan ketahuilah bahwa pemboros-pemboros itu adalah saudaranya setan.
Dalam hal ini Allah SWT berfirman, "Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu saudaranya setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhan-Nya" (QS. Al Israa [17] : 26-27). Dalam ayat lain Allah SWT berfirman, "Dan orang-orang yang apabila membelanjakan harta mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula mereka kikir. Dan adalah pembelanjaan itu ditengah-tengah yang demikian itu". (QS. Al Furqan [25] : 67)
Jelaslah kiranya bahwa sikap boros lebih dekat kepada perilaku setan, naudzubillaah. Karenanya, budaya bersahajalah salah satu budaya yang harus kita tanamkan kuat-kuat dalam diri. Memilih hidup dengan budaya bersahaja bukan berarti tidak boleh membeli barang-barang yang bagus, mahal, dan bermerek. Silahkan saja! Tapi ternyata kalau kita berlaku boros, sama sekali tidak akan menjadi amal kebaikan bagi kita. Saya kira hikmah dari krisis ekonomi yang menimpa bangsa kita, salah satunya kita harus benar-benar mengendalikan keinginan kita. Tidak setiap keinginan harus dipenuhi. Karena jikalau kita ingin membeli sesuatu karena ingin dan senang, ketahuilah bahwa keinginan itu cepat berubah. Kalau kita membeli sesuatu karena suka, maka ketika melihat yang lebih bagus, akan hilanglah selera kita pada barang yang awalnya lebih bagus tadi. Belilah sesuatu hanya karena perlu dan mampu saja. Sekali lagi, hanya karena perlu! Perlukah saya beli barang ini? Matikah saya kalau tidak ada barang ini? Kalau tidak ada barang ini saya hancur tidak? Itulah yang harus selalu kita tanyakan ketika akan membeli suatu barang. Kalau saja kita masih bisa bertahan dengan barang lain yang lebih bersahaja, maka lebih bijak jika kita tidak melakukan pembelian.
Misalnya, ketika tersirat ingin membeli motor baru, tanyakan; perlukah kita membeli motor baru? Sudah wajibkah kita membelinya? Nah, ketika alasan pertanyaan tadi sudah logis dan dapat diterima akal sehat, maka kalau pun jadi membeli pilihlah yang skalanya paling irit, paling hemat, dan paling mudah perawatannya. Jangan berpikir dulu tentang keren atau mereknya. Cobalah renungkan; mending keren tapi menderita atau irit tapi lancar? Tahanlah keinginan untuk berlaku boros dengan sekuat tenaga, yakinlah makin kita bisa mengendalikan keinginan kita, Insya Allah kita akan makin terpelihara dari sikap boros. Sebaliknya, jika tidak dapat kita kendalikan, maka pastilah kita akan disiksa oleh barang-barang kita sendiri. Kita akan disiksa oleh kendaraan kita dan disiksa oleh harta kita yang kita miliki. Rugi, sangat rugi orang yang memperturutkan hidupnya karena sesuatu yang dianggap keren atau bermerek. Apalagi, keren menurut kita belum tentu keren menurut orang lain, bahkan sebaliknya bisa jadi malah dicurigai. Karena ada pula orang yang ketika memakai sesuatu yang bermerek, justru disangka barang temuan.
Seperti kisah santri di sebuah pesantren. Saat ada santri yang memakai sepatu yang sangat bagus dengan merek terkenal, justru disangka sepatu jamaah yang ketika berkunjung ke pesantren tersebut tertinggal di mesjid. Lain waktu, ada juga yang memakai arloji sangat bagus dengan merek terkenal buatan dari negeri Swiss sana, tapi orang lain justru malah berprasangka kalau arloji itu barang temuan dari tempat wudhu. Begitulah, bagi orang yang maqam-nya murah meriah, ketika memakai barang mahal justru malah dicurigai.
Karenanya, biasakanlah untuk senantiasa bersahaja dalam setiap yang kita lakukan. Dan mudah-mudahan dalam kondisi ekonomi sulit seperti ini Allah mengaruniakan kepada kita kemampuan untuk menjadi orang yang terpelihara dari perbuatan sia-sia dan pemborosan.***

Oleh : K.H. Abdullah Gymnastiar